Senin, 15 November 2010

APA UNTUNGNYA AKU JADI ANAK BUNDA..


“Apa untungnya aku jadi anak Bunda?” Sebuah pertanyaan yang keluar dari bibir mungil anak bungsuku tepatnya ba’da magrib tanggal 14 Nopember 2009. Tentu saja aku kaget bercampur bingung mencari jawaban yang tepat untuk anak yang baru berusia 8 tahun. Sambil aku pegang tangannya aku jawab dengan bersahaja, …”untungnya …. Qisthy kadang Bunda mandikan…. Bunda suapi kalau lagi malas makan sendiri… “ belum selesai aku menjawab dia menyahut.. “bukan itu Bun!”… “terus apa dong” sahutku…. “Aku tidak tahu” jawab Qisthy. Dan sampai saat ini aku belum dapat memberi jawaban yang memuaskan padanya.

Apa yang hendak disampaikan oleh anak sesuai Qisthy dengan pertanyaan spontan seperti itu. Sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan membuat aku termenung dan terus penasaran mengapa muncul pertanyaan itu atau dari mana dia mendapatkan ide untuk bertanya seperti itu.

Saat kelas 2 SD, hampir seminggu Qisthy mogok sekolah, alasannya tidak bisa bahasa Inggris; maklum dia sekolah di SD SBI (sekolah bertandar internasional) yang berafiliasi ke Cambridge University dimana bahasa Inggris digunakan sebagai pengantar dalam proses belajar mengajar, modul dan worksheet disajikan dalam bahasa Inggris. Sementara lingkungan keluarga dan masyarakat dimana dia tinggal menggunakan bahasa Indonesia dan atau jawa sebagai bahasa pengantar, sehingga tidak mendukung kebutuhan keterampilan bahasa Inggrisnya. Mungkin ini salah satu yang membuat dia stress dan akhirnya mogok sekolah.

Sebagai ibu, tentu aku tidak ingin melihat putriku bersedih apa lagi stress, maka saat dia tahu mau sekolah, aku ijinkan dia tidak masuk sekolah, aku pikir buat apa anak berangkat ke sekolah kalau suasana hatinya tidak nyaman? Bagiku sekolah haruslah merupakan tempat yang nyaman bagi anak untuk belajar, tolok ukurnya adalah ketika anak hendak berangkat sekolah dia bersemangat dan pulang dengan hati senang, karena hasil akhir dari proses belajar adalah pencerahan dan hasil dari pecerahan adalah rasa bahagia. Sehingga kalau hal itu tidak dirasakan oleh anak ketika sekolah, maka sesunguhnya dia tidak belajar.

Beberapa hari aku dampingi Qisthy dirumah melakukan apa saja yang dia mau; mewarna, main piano, menyiram bunga, memberi makan ikan dan lain-lain, kemudian tiba saatnya aku mengatakan sesuatu, “ Qisthy… harus tahu bahwa Qisthy tidak bodoh… kalau sekarang Qisthy merasa kesulitan mengikuti pelajaran tidak apa-apa, tidak penting berapa nilai yang Qisthy peroleh yang penting Qisthy merasa senang saat belajar dan terus mau belajar..” kemudian dengan suara agak bergetar dia berkata, “Bagaimana kalau Qisthy tidak naik kelas 3?”… “Ya .. tidak apa-apa “ dengan cepat dan spontan aku menjawab. “Benar tidak apa-apa kalau Qisthy tidak naik kelas? Seraya tidak percaya dia mengulang pernyataanku. “Iya… tidak apa-apa” aku tegaskan sikapku sambil aku peluk dia.

Luar biasa, pembicaraan singkat itu berdampak positif di kemudian hari. Saat pembagian raport akhir tahun Qisthy dinayatakan naik kelas dengan pedikat excellent dan yang paling mengejutkan adalah ada seorang ibu salah seorang wali murid teman Qisthy yang bertanya apakah Qisthy ikut les di luar jam belajar di sekolah, aku jawab bahwa Qisthy tidak ikut les mata pelajaran sekolah tapi Qisthy les mewarna sesuai keinginannya. Penasaran, aku balik bertanya mengapa si ibu menduga Qisthy ikut les, ternyata sebelum aku datang, guru wali kelas menyampaikan di forum orangtua murid bahwa Qisthy satu-satunya anak dikelas 2 yang mengalami peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan pada semester ini.

Anakku, mungkin itu jawaban atas pertanyaanmu. Beruntung kamu punya ibu yag tidak pernah menanyakan berapa nilai ulanganmu hari ini dan tidak mempermasalahkan berapapun nilai yang kamu peroleh, ibu yang tidak pernah peduli kamu rangking berapa di kelas, ibu yang mengijinkan kamu tidak masuk sekolah bila kamu tidak merasa nyaman belajar di sekolah hari itu, ibu yang bersedia mendengar cerita seru yang kamu peroleh setiap pulang sekolah, ibu yang mengantar keberangkatanmu ke sekolah dengan pelukan dan bisikan “ semangat ya….Bunda sayang kamu”….


Pati, 6 Desember 2009, Pukul 23.50 Wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar